"Mengapa aku bisa menjadi Gay?"
"Why?"
Apakah anda seorang homoseksual, biseksual ataukah heteroseksual? Tidak ada yang salah dengan hal itu, kecuali anda merasa tidak nyaman karenanya.Tidak ada penyimpangan dalam urusan orientasi seksual, yg ada adalah variasi dari yg disebut sebagai normal, semuanya normal. Orientasi seksual seperti layaknya selera anda terhadap rasa manis atau pedas, tidak ada yang salah dengan orang yang suka rasa manis atau pedas.Homoseksual, biseksual, dan heteroseksual bukanlah penyakit, jadi ya tidak perlu diobati. Apanya yang diobati? lha wong nggak sakit kok. Seorang yang merasa tersiksa dengan orientasi seksualnya, target utama yang perlu dikoreksi adalah perasaan tersiksanya, bukan orientasi seksualnya.Orientasi seksual bukan masalah pemberian label diri, bukan pilihan secara sadar, tapi masalah struktur otak. Ini sudah dibuktikan melalui berbagai riset. Saya akan ngoceh sedikit tentang #gay dan hubungannya dengan struktur otak individu tertentu.Apakah laki-laki menjadi seorang #gay karena mereka punya perbedaan dengan laki-laki yg tidak gay di dalam otak mereka? Ini sudah diteliti dalam 30 tahun terakhir. Banyak penelitian menemukan bukti perbedaan baik anatomis atau fungsional antara otak #gay dan otak laki2 non gay.Banyak juga riset yg menemukan bahwa gen ikut berperan dalam menentukan orientasi gender, secara tidak langsung menghasilkan perbedaan otak #gay. Salah satu riset awal, oleh Dick Swaab menemukan bahwa bagian dari hipotalamus yaitu suprachiasmatic nuclei (SCN) #gay dua kali lebih besar dari laki-laki hetero.Belakangan, perbedaan SCN pada otak #gay ini terbukti disebabkan oleh perbedaan dalam reaksi testosteron terhadap otak yang terus berkembang. Riset lain menunjukkan bahwa commisura anterior, kumpulan "kabel extra cepat" yang menghubungkan 2 belah otak, pada #gay didapatkan lebih besar.Struktur commisura anterior pada #gay lebih mirip yang ada perempuan heteroseksual, terlibat dalam membentuk orientasi gender, kognitif & bahasa. Tahun lalu, Ivana Savic dari Swedia melaporkan bahwa ukuran 2 belahan otak yg tidak sama, yang ada pada laki-laki heteroseksual, tidak tampak pada otak #gay.Ini juga sesuai dengan temuan bahwa #gay, seperti perempuan heteroseksual, mempunyai kemampuan lisan lebih baik ketimbang laki-laki heteroseksual. Bahkan, dengan pemindaian MRI fungsional, Savic menunjukkan bahwa otak #gay secara fungsional lebih menyerupai otak perempuan heteroseksual.Riset lain dengan PET-scan menemukan konektivitas amigdala otak #gay juga lebih menyerupai otak perempuan heteroseksual ketimbang laki-laki heteroseksual. Savic juga melaporkan pola aktivasi yang berbeda pada otak #gay dalam merespons pheromon yang dihasilkan di dalam keringat laki2.Savic menemukan bahwa hipotalamus dalam otak #gay dirangsang oleh aroma keringat laki-laki lain. Ini tidak terjadi pada hipotalamus laki-laki heteroseksual. Hal ini menyatakan bahwa perbedaan pada sirkuit hipotalamus otak bisa membuat #gay terpikat dengan aroma yang dihasilkan kelenjar keringat laki-laki.Respons hipotalamus dalam menanggapi pheromone laki-laki ini memainkan peranan penting dalam orientasi seksual #gay. Riset lain: Reaksi yang kuat dalam talamus dan medial prefrontal cortex laki-laki heteroseksual pada saat melihat wajah perempuan. Tidak terjadi pada #gay.Sebaliknya, medial prefronal cortex #gay justru bereaksi dengan kuat terhadap wajah seorang laki-laki. Penelitian genetika juga menghasilkan sejumlah bukti tentang perbedaan alamiah antara #gay dan laki-laki heteroseksual.Tahun lalu Dr.Niklas Langstrom, via studi laki-laki kembar, menemukan petunjuk bagian-bagian dalam genome yang berperan membentuk perilaku seksual. Riset Langstrom: sekitar 35% dari faktor-faktor orientasi seksual disebabkan oleh pengaruh genetis, sebelum faktor-faktor lain mulai berpengaruh. Berbagai riset genetis, sirkuit otak dan dampak hormon pada orientasi seksual, masih akan terus berlanjut. Bukti yang ada menunjukkan bahwa beberapa otak manusia berbeda tidak hanya terkait dengan perilaku gender, tapi juga orientasi seksual. Lingkungan hormonal pra-kelahiran inilah yang menimbulkan dampak permanen pada ciri-ciri perilaku, salah satunya adalah ketertarikan seksual. Secara biologis, variasi genetis dan paparan hormonal pada otak laki-laki & perempuanlah yang menyebabkan ketertarikan sesama jenis. Jadi, seorang laki-laki menjadi #gay atau non gay lebih dikarenakan oleh perbedaan struktur di otak dan genetis. Bukan karena pola pengasuhan. Dalam hal orientasi seksual, sebagian orang adalah heteroseksual, sebagian lagi homoseksual, sebagian lainnya biseksual. Semuanya normal. :)
---INFO:
American Psychiatric Association (APA) PADA tahun 2004 (dalam DSM IV-TR) tidak lagi menggolongkan homoseks (gay/lesbi) sebagai penyimpangan/gangguan. ---Percaya atau tidak, penting atau tidaknya teori yang dikumpulkan dan diceritakan kembali oleh beliau, buat saya sih cukup bisa memberi nafas buat saya untuk menghela "Yep, you're okay, you're just fine, just like the rest of zillion other people in this earth" (grinning happily ear to ear).
No comments:
Post a Comment